Rabu, 16 Juli 2014



Name                                       : M.Fauzan
NPM                                       :41182003110009
Assaignment                           : report (Loneliness as the Cause and the Effect of Problematic
Internet Use: The Relationship between Internet Use and Psychological Well-Being)



Loneliness as the Cause and the Effect of Problematic
Internet Use: The Relationship between Internet Use
and Psychological Well-Being
Penelitian terbaru dimulai dari asumsi bahwa pengguna internet akan mendapat masalah dengan  pisikologi mereka (kesepian atau tekanan). Study ini menunjukan bahwa kesendirian atau tidak memiliki kemampuan social yang baik akan sangat mendorong pengguna internet dalam mendapat hasil negative terhadap hidupnya (merugikan aktifitas signifikan yang lain seperti di kantor, sekolah atau  merugikan hubungan ynag signifikan) bahkan mengurangi masalah asli mereka.  Seperti menambah hasil negatif yang diharapkan untuk mengisolasi individual (orang yang menyendiri) dari kesehatan sosial, aktifitas dan membawa mereka terhadap kesendirian yang lebih parah. Walaupun penelitian sebelumnya member kesan bahwa pengguana sosial internet (situs jaringan sosial, pesan singkat) akan lebih bermasalah dari pada pengguna hiburan( downloading file), study terbaru ini menunjukan bahwa penelitian sebelumnya tidak menunjukan persatuan yang kuat dari pada study sebelumnya dalam hal untuk mendorong pengguna internet.
Hubungan antara psikologi manusia dan penggunaan internet berkaitan dengan pertanyaan tentang media komunikasi internet. dalam hal ini ada dua jawaban yang pertama menunjukan fakta-fakta bahwasannya internet memiliki pengaruh yang sangat positif bagi penggunanya, mereka dapat menambah wawasan dan pengalaman dan yang ke-2 dari dampak internet menunjukan pengaruh bahwa sesungguhnya internet berpengaruh  yang negative terhadap penggunanya terlebih dalam masalah psikologi yang mana akan menimbulkan kesepian dan tekanan. Dalam penelitian yang lain disebutkan bahwasanya rasa kesepian dari pengguna internet menyebabkan kecanduan, keterbiasaan, atau masalah penggunaan internet (PIU).
Davis mengemukakan bahwa masalah psikologi seperti rasa kesepian dan tekanan merupakan salah satu dari PIU. Rasa  Kesepian dan tekanan merupakan pilihan tertinggi yang ditimbulkan dari interaksi secara online, secara umum berkomunikasi menggunakan media sosial akan mengurangi resiko dan mudahnya berkomunikasi tanpa harus bertemu atau bertatapan dengan lawan bicara sehingga cara seperti ini levih diminati ketimbang langsung bertemu dan bertatap muka dengan lawan bicara mereka. Mereka akan lebih berlama-lama dengan internet mereka, mereka akan mencurahkan perasaan melalui media ini bahkan mereka akan sangat sulit untuk menentukan waktu untuk membagi antara bergelut dengan media online ini dari pada dunianyata. Etergantungan seperti ini akan mendorong para engguna internet dalam pengaruh yang negative dan sangat dianjurkan untuk dijauhi karena akan membawa mereka pada hal yang tidak baik, mereka akan bermasalah dengan nilai dan karirnya karena terlalu focus dngan internet. Mengabaikan teman disamping ketika berbicara, tidak fokus ketia guru mengajar dll.
Davis menyatakan kesepian sebagai PIU karena mereka tidak bisa berinteraksi dengan orang disekitar mereka, mereka  gagal dalam membangun interaksi sosial didunia nyata walaupun dalam online media mereka bisa bahkan jago untuk berinteraksi satu sama lain. Orang orang seperti ini akan lebih memilih untuk berkomunikasi melalui online ketimbang ofline yang sesungguhnya nyata.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa orang yang ketergantungan terhadap internet akan menimbulkan ketidakmampuan penggunanya untuk berinteraksi didunia nyata. Orang yang menggantikan internet sebagai sarana atau pilihan untuk berkomunikasi bisa di identifikasi bahwa orang tersebut sudah terpengaruh dari hal negative dari internet tersendiri dan pula dapat dipastikan orang tersebut mengalami kesepian dan tekanan. Disamping itu oaring yang seperti itu tidak hanya akan mengalami kesepian namun kecanduan juga akan menjadi masalah di hidupnya. Peningkatan masalah ini akan membawa mereka lebih mempercayai aktifitas online favorit mereka sebagai alat untuk mengurangi atau sebagai jalan keluar dari permasalah ini, dimana hal ini merupakan hal yang akan membuat mereka tambah kesepian dan tertekan.

Senin, 14 Juli 2014

digital inequeties



Digital Inequalities and Young Adults in Greater Jakarta:
A Socio-Demographic Perspective
Pemuda dan pemudi di dunia saat ini sedang mengalami masa transisi terhadap masa kedewasaan mereka di pertengahan revolusi global dalam hal teknologi baru dan cara berkomunikasinya. Di Negara seperti Indonesia ini era digital hadir sebagai tantangan dan manfaat yang besar terhadap sosial geografii dan politik. dengan besarnya kelompok dari pemuda dan pemudi yang tinggi tingkat keinginannya, pemuda Indonesia lebih kondusif untuk menggunakan informasi dan komunikasi teknologi yang dalam bahasa inggris disingkat menjadi ICT. Perspektif demografi dalam garis kepopulerannya terhadap teknologi seperti telpon genggam dan internet merubah cara pandang pemuda Indonesia dalam berkomunikasi. Mulai dari relasi atau hubungan, jaringan,  tingkah laku berbisnis, dan kerja.
Baru-baru ini media internasional sudah memberitakan sebuah keanehan tentang revolusi di Indonesia. Pakar ekonomi (2011) mencatat bahwa Indonesia menjadi nomer urut ke-2 terbesar pengguna facebook dan sebagai pengguna ke-3 penguna twiter terbesar di dunia.kepopuleran jaringan online di indonesai secara paradox terjadi melawan rendahnya rangking dari pengguna internet secara umum di asia tenggara. Jakarta post melaporkan bahwa hanya 21 persen masyarakat usia 15-49 di indonesiamenggunakan internet( The Jakarta Post, 2011). Dimana pemda urban kelas menengah Indonesia terus meningkat terhadap media internasional yang pandai menggunkananya dimelalui telepon genggam dan teknologi interenet.
Diranah Study indonesia, dominasi pembicaraan tentang ICT membahas hubungan antara revolusi digital dan perubahan sosial di Indonesia. Awal internet masuk ketanah  Indonesia dan warung warung internet banyak ditemukan di Indonesia yaitu di akhir-akhir rezim  Suharto 1998.  Pada masa itu pengguna internet hanya sediit sekitar 1 persen dari populasi masyarakat yang menggunakan internet. Kemunculan warung-warung internet memfasilitasi penggunanya untuk bisa connect dengan  masyarakat. perubahan Teransformasi terhadap internet bukan hanya memberi jarak untuk bertemu satu orang dengan lainnya, perubahan gaya dalam memberi informasi namun juga memberi jarak psikologi dimana peretemuan akan jarang dan ketergantungan pada network akan terjadi. Hill and Sen (2007,133) mengatakan bahwa internet dan artikulasinya ikut berperan terhadap demokrasi politik di Indonesia. Mereka mengemukakan bahwa internet menawarkan penggunanaya untuk bisa cerita dan cara yang efectif untuk berkomunikasi dngan masyarakat lainnya, kebebasan berfikir pun bisa di ungkapkan dengan bebas melalui internet sehingga orang-orang yang berlawanan dengan rezim Menjadikan internet alat yang berguna untuk melawan terhadap tantangan rezim sendiri.
Saat symbol relasi antara revolusi digital dan masyarakat muda mengisi perubahan sosial politik sudah extensive di tunjukan {Hill and Sen, 2007, Kluver and Banerjee, 2005, Wong, 2001}. Ada sebuah usaha untuk menspesifikasikan sebuah aspek demokrasi di Indonesia pada era itu, yaitu  untuk melawan munculnya revolusi digital dan perbaikan politik. Memiliki bagian yang besar dari pemda dalam menyajikan untuk akselerasi terhadap garis komunikasi yang baru karena mereka relative lebih ahli dalam merangkul,  seperti teknologi dari pada generasi tua.
Di Indonesia, ciri sosial geograpi dari 60 juta kelompok yaitu pemuda berusia 20-34 (data statistic 2011) lebih kondusif dari pada ICT.
study yang telah diuji tentang karakteristik dan penggunaan internet di Indonesia melalui perspektif sosial demografi masih sedikit. Study ini juga cendrung membatasi dalam ruang lingkupnya seperti penggunaan yang hanya ada dalam ranah mahasiswa-mahasisa di universitas (Wahid,2007), atau penghususanya yang terbatas hanya ada di warnet. Penelitian ini juga menghitung Para pemuda yang menggunakan internet. Mereka  juga masih diteliti oleh banyaknya jumlah dari study tentang antropologi. Di Indonesia internet chating sudah menjadi kebutuhan dalam budaya kehidupan para kaula muda. Para pemudi menggunakan sarana internet atau telepon genggam sebagai media mereka, dan ini sudah diteliti oleh Nilam (2012) dimana study ini menyebabkan pentingnya wawasan teori terhadap relasi yang dinamis antara pemuda, revolusi digital, dan perubahan sosial di indonesia.
Sebuah kesusastraan terhadap digital sudah diteliti semenjak awal tahun 1990. Istilah digital pada awalnya digunakan untuk menggambarkan ketidak seimbangan akses sebuah computer dan internet antara individual (perorangan), komunitas, dan bahkan Negara (Warschauer 2010).  Semenjak awal permulaan, ilmu pengetahuan tentang digital sudah berpindah dari sebuah kesederhanaan individual yang sama dengan akses terhadap ICT (Riggins dan Dewan, 2005, Warshauer, 2007, warschauer, 2010).
Pengguna telpon genggam di Indonesia sangat banyak 85 persen pemuda di jakrta memiliki telepon genggam. Sangat berfariasi sekali pengguna HP dilihat dari jeniskelamin, umur, dan tingginya pendidikan. Dan mereka menfggunakannya pun berbeda satu sama laintergantung dari kebutuhan mereka. Peria lebih banyak yang memiliki HP bila dibandingkan dengan wanita. Responden yang usianya lebih muda dalam penelitian ini lebih menyukai untuk memiliki HP jika dibandingkan responden ynag lebih tua. Pengguna HP lebih kuat hubungannya untuk pendidikan, contoh 60 persen responden penggunanya adalah anak yang masih bersekolah di bangku menengah ke bawah sedangkan 97 persen dari siswa yang mengenyam pendidikan di atasnya.penggua Hp itu sendiri bergantung dari kebutuhan mereka dan berbeda antara pengguna yang ekonominya mampu, untuk pengguna yang ekonominya rendah mereka akan memiliki HP yang tidak memiliki akses untuk internet atau HP yang tidak memiliki akses 3G sebaliknya dengan pengguna yang ekonominya kelas menengah.
Kepemilikan HP untuk menjadi alat untuk mengakses internet bergantung dari usia dan pendidikan mereka. Dalam data sekitar 50 persen peria dan 65 persen wanita tidak pernah mengakses internet. Anak yang usianya lebih muda akan lebih eksis untuk mengakses internet ketimbang yang lebih tua. Tujuan pengguna internet pun berbeda beda kalo di tinjau dari umur maka kita dapat melihat orang yang usianya lebih tua akan menggunakan internet dengan tujuan untuk mencari pekerjaan, belajar dan lainlain, adapun dalam segi pendidikan para pengguna internet menyukainya karena bertujuan untuk banyak hal bagi mahasiswa mereka menyukai  Email, seperti mengirim tugas-tugas, mencari pekerjaan, dan mencari informasi informasi melihat website tentang agama, mencari keromantisan.

Kamis, 26 Juni 2014

haha...........
ternyata semua itu tak semudah yang kita pikirkan walau terkadang hal yang kita pikirkan tidak selamanya mudah untuk dilakukan. ya... sekarang aku mulai sadar ternyata segala hal yang terjadi pada diri kita harus dihadapi bukan malah di hindari, kalo kata pak endang siih menghindar itu tipikal orang-orang pengecut yang bisa menjauh dan melihat atau bahkan mencerca tanpa harus kena imbasnya. benar juga sih perketaan beliau. aku siiii yaaaaaa jalani ajalah ynag penting aku bisa bahagia, oiya hampir lupa sebenarnya hal terindah dalm itu kalo kita bisa mendapatkan apa yg kita mau, entah itu dalm cinta, kesenangan kita, dan lain-lain. coba deh bayangkan kalo kita mengharapkan untuk mendapatkan cinta seorang wanita dan iya menolaknya!!! iiiih horor banget gak kebayang deh bakalan berapa lama kita murung dikamar sendirian sambil nangis alay-alayan. tapi,,, giman kalo sebaliknya ketika cinta kita diterima dan dia juga menyatakan bahwa dia juga cinta sam kita.. waaaaaaaaaaaaah senengnya gak bakalan ketulungan tuuuh hehe..............
 semangat aja dah untuk lalui hidup ini... semua tergantung bagaimana kita menyikapinnya.